Pukul 10.50, mereka bertiga tiba di Candi
Prambanan. Sampai di sana coba tebak apa yang pertama mereka lakukan? Selfie! Dengan gadget milik Claudia, mereka bertiga mengambil foto selfie sampai puluhan kali. Benar-benar
narsis!
“Wah, banyak banget fotonya! Perasaan kita baru
15 menit di sini,” ucap Claudia terkejut karena baru 15 menit saja, sudah
hampir 100 foto yang mereka ambil.
“Boleh dong narsis sekali-kali! Kamu sendiri
‘kan yang kemarin bilang?” timpal Julia.
“Oh ya, apa kalian tahu mitos yang ada di
tempat ini?” Friedrich melontarkan pertanyaan kepada kedua cewek itu. Claudia
menggelengkan kepalanya.
“Mitos apa?” tanya Julia penasaran.
“Mitos jika pasangan yang datang ke Candi
Prambanan akan putus,” ucap Friedrich lantang.
“Ih, Friedrich! Kok kamu gak bilang sih kalau
ada mitos itu?! Kalau kita nanti beneran putus gimana?” balas Claudia yang
panik sambil memukul-mukul Friedrich.
“Hahahahaha! Kamu ini jadi orang parno banget!”
Julia menertawakan sikap kekanak-kanakan Claudia.
“Iya, jangan percaya dengan mitos seperti itu!
Percaya, apa yang dipersatukan oleh Tuhan tidak dapat diceraiberaikan oleh
apapun,” Friedrich menimpali.
“Terus, buat apa kamu ngasih tahu aku yang
kayak begituan?! Bikin orang parno aja!” kesal Claudia.
“Aku cuma mau kasih tahu aja, bukan mau
nakut-nakutin kamu, sayang!” balas Friedrich sambil sedikit tertawa. Claudia
memang mudah terpengaruh perkataan orang lain.
Mereka akhirnya menikmati waktu berkunjung
mereka dengan ber-selfie ria bahkan
mengajak seorang turis bule yang kebetulan juga berkunjung ke situ untuk ikut selfie.
"Oh ya, habis ini kita mau ke mana
lagi?" tanya Julia sambil mengambil sebatang rokok dari saku celananya.
"Kita ke Taman Pintar aja! Tempatnya
bagus," usul Claudia.
"Oke kalau begitu!" balas Julia
setuju sambil mengambil geretan dan menyalakan rokoknya.
"Ya ampun, Julia! Kebiasaan merokok kamu
dari dulu gak hilang-hilang ya!" protes Claudia.
"Maklumlah. Udah kebiasaan dari kelas 3 SD
sih! Kalau gak isap 10 batang rokok sehari, gue bisa langsung lemes!"
kilah Julia mengenai kebiasaan merokoknya.
"Gila! Cewek ngerokok sampai 10 batang
sehari! Gue aja cuma 5 batang sehari! Itu juga rokok mild." Timpal Friedrich.
"Aku sih udah berhenti merokok dari kelas
1 SMA semester 2. Takut kena kanker paru-paru. Kasihan ibuku juga. Soalnya di
rumahku, cuma dia yang gak ngerokok. Ayahku juga perokok soalnya.” Sahut
Claudia.
“Ngobrol melulu. Kapan jalannya nih!” potong
Julia sambil terus mengisap rokoknya.
“Oh ya udah, ayo berangkat! Keburu siang loh!”
ucap Friedrich.
Mereka bertiga pun berangkat menuju Taman
Pintar. Sesampainya di sana, mereka kembali ber-selfie ria! Saking senangnya, selama 3 jam mereka hanya selfie terus menerus. Setelah sadar
bahwa hari sudah sore, mereka langsung bergegas masuk ke dalam gedung.
Di dalam gedung, Claudia dan Friedrich berjalan
sambil bergandengan tangan. Julia mengikuti dari belakang. Claudia dengan
mesranya dirangkul oleh Friedrich. Firasat buruk akan hubungan mereka mulai
menghantui benak Claudia.
Mereka melihat berbagai keajaiban ilmu
pengetahuan di sana, seperti terjadinya gerhana matahari, kasur paku yang tidak
membuat sakit jika ditiduri, dan bagaimana menghasilkan bahan bakar alternatif.
Mereka bertiga sangat antusias karena hal-hal itu sangat menarik dan dapat
membuat mereka lupa dengan penatnya aktivitas perkuliahan. Julia yang mengikuti
dari belakang melihat bagaimana Claudia berjalan. Begitu anggun. Claudia
memenuhi syarat untuk menjadi seorang model. Claudia juga tinggi besar. Bahkan
untuk ukuran perempuan Jerman, Claudia termasuk tinggi. Selisih tingginya
dengan Julia mencapai 15 cm.
“Claudia,” Julia menghampiri Claudia.
“Ada apa?” tanya Claudia.
“Aku gak nyangka kalau kamu itu berbakat jadi
model.” Kata Julia.
“Masa sih?” tanya Claudia tidak percaya.
“Iya. Kamu itu udah punya modal untuk jadi
model. Tinggi kamu 180 cm...”
“Bukan 180 cm. 185 cm.” Claudia mengoreksi.
“Oh maaf! 185 cm. Kamu itu juga cantik lho!”
puji Julia.
“Ah, bisa aja!” Claudia malu mendengarnya.
“Iya. Lalu kalau aku perhatikan dari belakang,
cara berjalanmu seperti model profesional. Liak-liuk gimana gitu.” Ungkap
Julia.
“Yang benar, Julia?” tanya Claudia ragu.
"Iya. Serius. Oh ya, aku ingin
tanya sesuatu yang agak private. Kamu
gak keberatan, 'kan?" tiba-tiba Julia ingin menanyakan sesuatu.
"Kenapa harus keberatan. Kamu 'kan sahabatku.
Orang yang bisa kupercaya untuk menjaga rahasia." jawab Claudia.
"Aku punya sedikit kekhawatiran sama pacar kamu, Friedrich."
Julia memasang ekspresi cemas.
"Maksud kamu?" Claudia kebingungan.
"Aku rasa dia itu ada perasaan sama aku."
ucap Julia, pelan.
"Kamu jangan bercanda. Mana mungkin dia ada
perasaan sama kamu." Claudia menyanggah.
"Kamu gak ingat, kemarin pas makan malam, dia
sempat megang tangan aku. Tapi dia sengaja taruh tanganku di atas, biar
kelihatannya, aku yang megang tangan dia. Kamu harus tahu, rasa benci di masa
lalu bisa menjadi rasa cinta di masa mendatang."
Perkataan Julia membuat Claudia semakin khawatir dan
dipenuhi rasa takut. Rasa takut bahwa Friedrich telah membagi ruang di hatinya
untuknya dengan Julia.
Pada sore hari, mereka kembali ke hotel. Claudia dan
Julia yang kelelahan membaringkan diri ke tempat tidur.
"Fuh, capek banget ya?" sahut Julia.
"Iya. Padahal kayaknya selama jalan-jalan tadi
kita cuma selfie doang!" balas
Claudia sambil membuka kontak chat
dengan Sofie.
"Oh ya, power
bank aku masih sama si Friedrich. Claudia, aku ke kamar sebelah sebentar
ya!" Julia bangkit berdiri dan keluar dari kamar.
Claudia memulai chat
dengan Sofie.
Claudia : Sofie, aku
lagi galau!
Sofie : Kenapa?
Claudia : Aku mulai
takut kalau Friedrich ada affair dengan cewek lain!
Sofie
: Affair? Sama
siapa?
Claudia
: Sama Julia.
Julia sendiri yang ngingetin. Dia ngerasa kalau Friedrich ada perasaan suka
dengannya.
Sofie
: Aku kok ragu
kalau soal itu.
Claudia
: Maksud kamu?
Sofie
: Iya, soalnya
waktu SMP, aku pernah jadian sama Friedrich. Seingatku, dia bukan tipe cowok
yang gampang terpikat dengan seorang cewek. Dia tipe yang setia. Kami putus
karena jarang bertemu dan hubungan kami seakan-akan ngegantung. Aku sebenarnya
juga bisa melihat kalau Friedrich sudah menyukai kamu saat pertama kali kita
masuk SMA. Tapi karena gengsi dan rasa irinya terhadap kamu, dia tidak
mengungkapkannya dan malah membenci kamu. Tapi, aku pikir dia selama ini
mengusili kamu hanya untuk menarik perhatianmu. Saat kamu menunjukkan
perasaanmu, dia merasa mendapat lampu hijau dan menyatakan perasaannya juga.
Claudia
: Tapi, sejak
kemarin aku sudah mendapat firasat buruk kalau hubunganku akan berakhir tragis.
Sofie
: Kamu jangan
negative thinking dulu. Mungkin itu cuma kekhawatiran kamu yang berlebihan.
Oke?
Claudia
: Iya. Makasih ya
udah mau aku ganggu.
Sofie
: Iya. Sama-sama.
Claudia menutup kontak chat dengan Sofie. Kata-kata Sofie sempat membuatnya tenang
sejenak.
10 menit berlalu dan Julia belum juga kembali dari
kamar Friedrich.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar