Jam di dinding menunjukkan pukul 12.45. Semua anak di dalam kelas 2
IPA telah membereskan semua barang milik masing-masing ke tas. Begitu pula
Claudia - yang sudah pulih setelah 2 jam beristirahat di UKS - dan Julia yang
duduk sebangku.
"Oke! Pelajaran hari ini kita sudahi! Selamat siang!"
ucapan sang guru diiringi teriakan kegembiraan dari seisi kelas.
"Claudia! Julia!" Bella yang sudah memanggul ranselnya
menyapa mereka.
"Ada apa?" tanya Claudia.
"Ke mal yuk! Boring
di rumah melulu!" ajak cewek berambut hitam sebahu itu.
"Boleh. Tapi aku ke rumah ganti baju dulu. Masa aku ke mal
pake seragam SMA sih?!” balas Claudia.
"Iya, apalagi aku! Udah keringatan banget! Gara-gara tadi
berantem sama si Friedrich pas jam istirahat," jawab Julia sambil menarik-narik
seragamnya sendiri karena kegerahan.
"Oke, kita ketemu di rumahnya Claudia ya! Jam 2! Aku bilang
sama Sofie dulu ya," lanjut Bella.
Claudia dan Julia mengiyakan dan cewek itu meninggalkan mereka.
Julia melihat jam di smartphone
miliknya...
"Baru jam 1 kurang 15. Aku ke rumah dulu ah buat ganti baju!
Claudia, nanti aku mau cari jaket! Kalau kamu mau cari apa?" tanya Julia.
Claudia tidak menjawab dan malah melamun.
"Claudia?! Claudia?!" Julia memanggilnya.
"Friedrich...." Claudia berbicara sendiri. Julia menepuk
pundak Claudia dan ia tersadar.
"Hayo! Lagi ngelamunin siapa? Lagi ngelamunin si brengsek itu
ya?!" tuduh Julia.
"Enggak kok! Enggak!" Claudia berkilah.
"Terus ngapain kamu tadi ngelamun sambil manggil nama dia!
Ihhh, najis banget!" timpal Julia sambil memasukkan kotak pensil ke dalam
tasnya.
"Tadi aku cuma mikirin kenapa Friedrich gak senang sama
kita," kilah Claudia kembali.
"Ah, biarin aja sih dia! Ayo, buruan pulang! Kita 'kan udah
harus kumpul di rumah kamu sebelum jam 2," balas Julia lalu berdiri dan
menggeser masuk kursi.
"Oke!" Claudia mengikuti.
Pukul 13.55. Claudia yang sudah rapi dan siap dengan mengenakan T-shirt biru yang dipadu celana jeans dan sepatu datar
menunggu ketiga temannya datang. 4 menit kemudian, ketiga temannya datang dan
mereka pun berangkat dengan menaiki bus.
Di mal, Claudia mencari novel remaja untuk inspirasi cerita yang
akan ia publish di blog sementara teman-temannya pergi ke
tempat berbeda-beda. Keadaan yang bagi Claudia mula-mula tenang berubah menjadi
tegang saat ia melihat Friedrich ada di toko buku itu juga. Keadaan menjadi
semakin tegang saat Friedrich memperhatikannya dan mendekatinya. Takut akan
terjadi sesuatu yang buruk lagi, Claudia berusaha lari dari tempat itu dan
mencari teman-temannya. Celaka! Friedrich mengejarnya dari belakang! Claudia
yang lari tak tentu arah pun tersudut.
“Ampun, Friedrich! Jangan apa-apain aku lagi! Aku gak pernah dendam
kok sama kamu walau kamu udah berkali-kali ngusilin aku!” Claudia memohon belas
kasihan dari lelaki itu.
Tenang! Aku bukan mau ngusilin kamu! Tapi aku pingin ngomong
sesuatu sama kamu,” kata Friedrich sambil mendekatinya. Friedrich tiba-tiba
menggenggam kedua tangan Claudia.
“Setelah kamu genggam tangan aku di sekolah tadi pagi, entah kenapa
ada perasaan aneh yang nyelimutin aku! Aku pada mulanya berusaha menyangkalnya.
Tapi aku gak bisa! Dan setelah aku merenung dan meresapinya, akhirnya aku sadar
satu hal! kamu tahu apa itu?” Claudia menggelengkan kepalanya.
“Aku sadar bahwa aku suka sama kamu walaupun aku benci
mengakuinya!” kata-kata Friedrich membuat Claudia terkejut dan mematung...
Gimana? Apa kamu mau memberi aku kesempatan dan menerima aku
sebagai cowok kamu?” pinta Friedrich. Claudia masih terdiam...
“Claudia? Claudia?!” Friedrich
mengguncang-guncangkan tubuh Claudia hingga Claudia kembali tersadar. Claudia
pun berpikir sejenak. Sebenarnya, ini adalah momen yang sudah ia nantikan sejak
lama. Namun, ia memikirkan pula konsekuensinya jika menerima Friedrich sebagai
cowoknya. Itu akan merusak persahabatannya dengan Julia. Setelah beberapa saat,
Claudia akhirnya memutuskan...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar