Sabtu, 17 Oktober 2015

Love My Hater - Part 6 : Confession



Claudia dan Julia meletakkan tas mereka di lemari hotel dan bersiap-siap untuk mandi.

“Claudia, mau nonton drama Korea di laptop aku gak? Kalau gak suka, gimana kalau drama Jepang? Atau mau anime? Aku bawa harddisk eksternal 1 terabyte. Banyak pilihannya!” tawar Julia.
“Makasih banget Julia, tapi kita ‘kan baru aja nyampe. Tubuh aku udah lengket banget abis perjalanan jauh tadi. Kalau mau, nanti malam aja! Sekarang mandi dulu!” Claudia menolak dengan halus.
Ya udah deh, tapi nanti malam temenin aku nonton ya! Aku gak bisa tidur kalau belum nonton drama Korea,” pinta Julia.
“Iya,” balas Claudia.
"Ya udah! Aku duluan!" Julia akhirnya mengambil peralatan mandinya dan masuk ke kamar mandi. Setelah Julia keluar dari kamar mandi, giliran Claudia masuk. Claudia mengambil peralatan mandinya. Selesai mandi dan berganti pakaian, Claudia dan Julia keluar kamar untuk makan malam di luar dengan Friedrich. Sebenarnya, mereka bisa saja makan di restoran di dalam hotel. Namun, Friedrich dan Claudia ingin mendapatkan suasana romantis dengan makan di luar.

Mas, saya pesan gudeg satu sama air mineral botol satu! Kalau kalian?” kata Claudia.
“Aku sama kayak kamu aja, sayang!” Friedrich merespon.
“Aku juga! Aku pingin tahu apa yang namanya gudeg,” kata Julia.
“Oke, jadi gudeg 3 porsi dan air mineral 3 botol. Tunggu sebentar ya, mas, mbak!” kata pelayan restoran sembari berlalu.
“Claudia, soal rencana pernikahan kita, apa semua berkasnya sudah lengkap?” tanya Friedrich.
“Belum.” jawab Claudia singkat.
“Hah, kalian mau menikah? Kapan?” kepo Julia.
“Rencananya sih bulan depan,” jawab Claudia.
Oh, begitu! Selamat ya, Nyonya Claudia Krause,” balas Julia usil.
“Ih, Claudia Krause apaan?! Aku masih Claudia Müller!” protes Claudia.
“Ya maaf, ‘kan cuma becanda! Oh ya, Claudia! Follow Instagram aku dong! Nanti aku folbek!” pinta Julia.
Username-nya?” tanya Claudia.
“@missjulia,” kata Julia.
“Oke, aku cari dulu!” Claudia mengetikkan “@missjulia” di kolom pencarian dan dalam sekejap terpampang akun bernama tersebut.
“Ah, yang avanya kamu lagi selfie di kelas ya?! Hebat juga kamu! Follower-nya sampai 2.000 lebih,” kata Claudia.
Ih, Claudia! Jangan dibilangin dong! Malu tahu!” Julia ngambek.
“Kenapa mesti malu? Semua orang berhak untuk bernarsis ria,” kata Claudia.
“Tapi tetap aja, ‘kan malu kalau orang-orang tau aku kayak gimana orangnya!” balas Julia.
"Maksud kamu?" Claudia bertanya. Julia tidak menjawabnya.
“Coba aku lihat. @missjulia. Nama asli Julia Fujimaki. Lahir 18 Juli 1989. Follower 2.077, following 1.195, posting 1.081. Foto yang di-posting....”
“Udah, simpan dulu gadget-nya. Pesanan kita udah datang tuh!” Friedrich meyela kegiatan stalking Claudia karena pesanan mereka sudah datang.

Claudia menyimpan gadget-nya ke dalam tasnya. Ia berdoa dan kemudian mulai menyantap pesanannya. Julia duduk di antara Claudia dan Friedrich karena berhasil mengamankan posisi itu terlebih dahulu. Tiba-tiba,  Julia menggengam tangan Friedrich. Ketika Claudia menyadarinya dan menengok, Julia buru-buru melepaskannya. Claudia mulai melihat gelagat aneh sang sahabat namun berusaha untuk berpikiran positif.

Selesai makan, mereka tidak langsung pulang ke hotel. Mereka memutuskan berjalan-jalan sebentar untuk menikmati pemandangan kota Yogyakarta di malam hari. Sepanjang perjalanan, Claudia dan Friedrich terus bergandengan tangan. Julia yang berjalan di samping mereka asyik sendiri dengan gadget miliknya. Maksudnya agar ia tidak harus melihat kemesraan Claudia dan Friedrich yang membuatnya terpukul.

“Claudia,” Friedrich tiba-tiba menghentikan langkahnya. Claudia ikut berhenti. Julia yang tidak memperhatikan mereka berdua baru sadar setelah beberapa langkah di depan.

Friedrich langsung mencium Claudia. Karena Claudia lebih tinggi daripada Friedrich, Friedrich harus menjinjitkan kakinya agar bisa meraih bibir sang pacar. Dalam sekejap, Claudia dikelilingi perasaan hangat dan penuh kelembutan.

Ehh...ehem!” Julia berdehem dan mereka berdua langsung menghentikan ciuman mereka.
“Maaf, Julia! Kita terlalu terbawa suasana,” ucap Friedrich tertunduk malu.
“Iya,” sambung Claudia juga tertunduk malu.
“Jangan melakukan itu di tempat umum kayak begini!” ucap Julia memperingatkan.

Sesampainya kembali ke hotel, Claudia memenuhi janjinya kepada Julia untuk menemaninya menonton di laptopnya.

“Nah, kamu mau yang mana? Kalau drama Korea, aku saranin Waiting atau Silent Marriage. Kalau drama Jepang, ada....”
Aku mah terserah kamu aja. aku ikut!”
“Ya udah, Waiting aja. Lumayan kocak filmnya!”

Sambil menyalakan sebatang rokok, Julia mencari-cari folder berisi kumpulan episode Waiting. Setelah berhasil menemukannya, ia membukanya dan mengklik episode pertamanya. Selesai episode ketiga diputar...

“Gimana Claudia, seru ‘kan? Kita buka episode 4 ya?!” bujuk Julia.
“Udah ah, Julia! Aku udah ngantuk banget dari tadi! Hoam....” Claudia yang sudah sangat mengantuk menolak untuk melanjutkan tontonannya.

Eh, Clau....”

Claudia langsung merebahkan tubuhnya ke kasur dan segera tertidur pulas.

“Oke, aku nonton sendiri aja.” Julia akhirnya lanjut menontonnya sampai episode keenam...pukul setengah dua pagi.
“Aduh, ngantuk banget aku! Stop dulu ah! Besok lanjutin lagi.” Julia mematikan laptopnya dan bersiap-siap untuk tidur. Julia mencuci wajahnya dari make-up dan kemudian merebahkan diri ke tempat tidur.

Paginya, pukul 9.20.

“Claudia, aku ingin mengatakan sesuatu ke kamu!” Julia berkata kepada Claudia. Claudia yang sedang bersiap-siap untuk berjalan-jalan ke Candi Prambanan memperhatikan Julia.
“Claudia, kita sudah bersahabat semenjak kita masih di taman kanak-kanak. Sejak itu, kita tidak pernah terpisahkan,” ucap Julia dengan kepala tertunduk ke samping karena agak malu.
“Lalu?” tanya Claudia kebingungan.
“Sekarang, aku harus mengatakan yang sebenarnya walaupun ini mungkin akan membuatmu sakit,” Julia melanjutkan dengan kepala ditegakkan.
“Apa yang mau kau katakan?!” tanya Claudia kebingungan.
Claudia, maafkan aku karena...”
“Claudia, sudah siap....” Friedrich membuka pintu kamar sang pacar.
“Hei, kamu ngapain masuk kamar cewek?! Kamar buat cewek dan cowok ‘kan dipisah! Jangan sembarangan masuk, ketuk pintunya dulu!” bentak Julia atas kelancangan Friedrich.
“Oh, maaf! Claudia, sudah siap belum? Kita sudah mau berangkat,” lanjut Friedrich.
“Oh, OK!” balas sang pacar.
“Aku tunggu ya di lobi hotel.” Friedrich menutup pintu dan bergegas menuju ke lobi hotel.

Julia dan Claudia lalu mengambil tasnya dan keluar dari kamar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bus Terakhir

Kakiku melangkah agak sedikit sempoyongan. Arlojiku menunjukkan waktu pukul 22.15. Huh! Sudah cukup larut malam. Pasti Claudie akan marah-m...