Selasa, 10 Oktober 2017

Telepon

"Kamu memang karyawan yang tidak becus. Laporan penjualan yang harusnya sudah ada dari dua hari yang lalu belum juga ada?! Kamu mau makan gaji buta di sini?!" bentak seorang berjas rapi kepada Laura, karyawannya di bagian pemasaran. Laura hanya bisa tertunduk, pasrah mendengar pekikan kemurkaan sang atasan. Nyaris selama 45 menit, Laura mendengarkannya.

"Wanita tua menyebalkan! Tak perlu seperti itu juga, 'kan?" Laura memendam kekesalan dalam pikirannya.

Sore hari seusai jam kerja. Ia pun mencari-cari ponsel di dalam tasnya. Setelah menemukannya, ia membuka kontak dan mengusap-usap layar ke bawah, mencari nomor telepon pacarnya. Setelah ketemu, ia menyentuh gambar telepon di samping nomor dan menempelkan ponsel ke telinga kanannya.

"Halo, sayang! Aku lagi pengen curhat ke kamu. Aku..."

"Sayang, aku juga ingin mengatakan sesuatu." suara dari dalam ponsel memotong ucapan Laura.

Laura terdiam.

"Aku ingin kita putus. Aku jatuh cinta dengan wanita lain dan aku sudah tak merasa cocok lagi denganmu. Selamat tinggal." sambungan telepon terputus.

Laura melepas ponsel dari tangannya, memandangi layar yang menunjukkan angka "00 : 48". Ekspresi wajahnya berganti kemarahan. Ia mengangkat tangannya dan membanting ponsel tersebut ke bawah. Layar ponsel tersebut sedikit retak dan kemudian berubah menjadi gelap.

Saat amarahnya belum tuntas, mendadak layar ponselnya hidup kembali dan nada dering masuk teralun. Laura mulanya tak mempedulikannya. Namun, karena penasaran, ia mengambil kembali ponselnya dan memandangi layar. 0413-1341-3413. Begitulah nomor yang muncul di layar. Laura heran.

"Nomor siapa ini? Perasaan cuma bos, teman-teman, sama dia aja yang tahu nomor aku. Aku angkat gak ya?" Laura menimbang. Akhirnya, ia menjawab panggilan tersebut.

"Halo?" ucap Laura. Tidak ada respon.

"Halo?" Laura kembali mencoba. Tetap tidak ada yang menjawab.

"Halo?!" Laura kembali menjawab dengan nada meninggi. Sekali lagi, tidak ada yang menjawab.

Baru saja Laura hendak mencopot ponsel dari telinganya, sebuah suara terdengar dari dalam ponsel.

"Tunggu! Jangan terburu-buru memutus panggilan ini. Kamu pasti baru saja diputuskan oleh kekasihmu, 'kan? Dan kamu sebelumnya dimaki habis-habisan oleh atasanmu?"

Laura terkejut.

"Bagaimana kamu bisa tahu? Apa kamu mengintai dan mengikuti ke mana saya pergi?" tanya Laura curiga.

"Kamu tak perlu tahu soal itu. Yang jelas, aku bisa membantumu menyelesaikan masalahmu!" balas suara itu.

"Maksudmu apa?" tanya Laura kebingungan.

"Kau hanya perlu mengikuti instruksiku." suara itu menjawab.

Laura yang sebenarnya penuh dengan keraguan mengikuti saja instruksi suara itu. Ia diarahkan lurus, kemudian belok kiri, belok kanan, belok kanan, belok kiri, dan seterusnya.

"Hei, aku sudah mengikuti seluruh arahanmu. Sekarang katakan, apa yang ingin kamu lakukan?"tanya Laura membentak.

"Bagus, sekarang aku akan menyelesaikan masalahmu dengan satu cara." kata suara itu perlahan.

"Bagaimana caranya?" tanya Laura kebingungan.

"Dengan menggantikan posisiku." jawab suara itu pelan.

"Menggantikan posisimu?! Apa mak.."

Tiba-tiba, muncul sebuah cahaya terang dari arah belakang.

--~--

Keesokan harinya, Laura seperti biasa siap-siap berangkat kerja. Namun, tak seperti hari-hari sebelumnya. Ia tampak segar dan memasang senyum. Senyum yang penuh tanya.


Sebelum berangkat kerja, Laura menyempatkan untuk menonton program berita pagi di televisi. Pembawa berita mengatakan bahwa telah terjadi kecelakaan tabrak lari di depan sebuah toko pakaian. Dari rekaman kejadian di lapangan, terlihat bahwa korban mengeluarkan darah yang sangat banyak. Polisi menemukan KTP, namun wajah di foto KTP berbeda dengan wajah mayat tersebut. Di samping korban, terdapat sebuah ponsel yang masih menyala dan baru saja memutuskan panggilan dari nomor 0413-1341-3413 dengan durasi 13 : 13.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bus Terakhir

Kakiku melangkah agak sedikit sempoyongan. Arlojiku menunjukkan waktu pukul 22.15. Huh! Sudah cukup larut malam. Pasti Claudie akan marah-m...