Senin, 16 November 2015

Love My Hater - Part 10 : Pilih Aku atau Dia?

“Friedrich, siapa itu?” Claudia ketakutan.
“Ssst! Jangan berisik!” Friedrich berbisik meminta Claudia tenang. Friedrich mengendap-endap mendekati semak. Dengan hati-hati, Friedrich mengulurkan tangannya. Ia menyibak semak-semak itu, ternyata hanya anak kecil yang sedang bersembunyi karena sedang bermain petak umpet.
“Fuh, aku kira si...”
“Gue gak bakal sembunyi di tempat kayak begitu!” Suara seorang wanita membuat Claudia dan Friedrich terkejut. Mereka melihat siapa yang berbicara. Itu Julia!
“Julia?” Friedrich keheranan.
“Gue sempat berpikir kalau kalian benar-benar akan berpisah. Tapi ternyata, kekuatan cinta kalian dan kecerdikan Friedrich membuat rencana gue berantakan.” Ucap Julia sambil mengambil sebatang rokok dari bungkusan rokok.
“Jadi, apa yang Friedrich bilang tadi benar?” tanya Claudia kebingungan.
“Karena sudah terlanjur...hampir semuanya benar, kecuali satu hal.” Julia melanjutkan sambil menyalakan rokok tersebut dan mulai menghisapnya.
“Apa maksudmu?” Friedrich ikut kebingungan.
“Yang gue lakukan bukan merusak hubungan lo berdua, tapi menyelamatkan lo dari si brengsek ini.” Ucap Julia dengan nada menaik sambil menunjuk Friedrich.
“Apa maksud lo? Jangan mengada-ada!” Friedrich menghardik.
“Dulu, gue pernah bilang! Kalau lo bakal menderita jika berhubungan bersama Friedrich.” Lanjut Julia.
“Tapi, selama ini gue merasa nyaman berhubungan dengan Friedrich.” Claudia membantah.
“Ya, mungkin sekarang enggak. Tapi coba bayangkan, sekarang saja, gue bisa merayu dia sampai dia berhubugan dengan gue di belakang lo, apalagi nanti kalau lo udah nikah!” Ucap Julia.
“Lo pikir gue benar-benar berhubungan sama lo? Enggak! Gue cuma ngikutin permainan lo untuk menyelamatkan hubungan gue dengan Claudia. Gue gak pernah suka sama lo. Gue hanya mencintai Claudia seorang saja. Dulu, gue kehilangan Sofie karena gue terlalu posesif dan gengsi dengan cewek. Sekarang, gue gak mau lagi kehilangan Claudia.” Friedrich menjawab.
“Oh, gitu ya! Gue nggak tau lo yang terlalu cerdik atau gue yang terlalu ceroboh sehingga lo bisa membuat rencana tandingan. Seharusnya, gue lebih berhati-hati. Tapi sudahlah. Semua pasti juga akan terbuka pada waktunya. Dan lo mau tahu kenapa gue membenci Friedrich dan gak ingin dia berhubungan dengan lo?” Julia melempar sebuah pertanyaan. Claudia menganggukkan kepalanya.
“Friedrich, 9 tahun lalu orang tua lo bercerai. Benar, ‘kan?” Julia memulai pemaparannya.
“Iya.” Jawab Friedrich.
“Kebetulan, orang tua gue juga bercerai 9 tahun lalu. Lo mau tahu kenapa? Ibu gue selingkuh dengan lelaki lain. Dia menceraikan ayah gue karena ayah gue terkena kanker paru-paru dan ibu gue gak mau mengurusnya. Dia lebih memilih bersenang-senang dengan lelaki itu. Setelah ibu pergi, kakak gue harus bekerja keras untuk membiayai sekolah gue dan pengobatan ayah gue. Beruntung kami masih punya sedikit tabungan dan ada donatur anonim yang memberi bantuan sehingga kami masih bisa memberinya pengobatan yang diperlukan. Tapi sayang, karena kanker itu sudah stadium lanjut, ayah gue akhirnya meninggal 2 tahun lalu. Tepat di hari kelulusan gue dari SMA. Gue yang harusnya senang berlinang air mata hari itu. Ayah yang sangat gue sayangi pergi untuk selamanya di hari yang mana seharusnya ia dapat membanggakan putrinya yang berhasil lulus SMA. Gue terpukul, hancur, sedih. Gue semakin benci dengan ibu gue. Kalau dia mau tetap bersama kami, mungkin ayah gue gak akan meninggal dengan penderitaan. Asal lo tahu, dia lebih menderita psikis daripada fisik. Dia menderita karena di saat ia sedang lemah dan berjuang melawan penyakit, istri yang sangat dicintainya lebih memilih lelaki lain dan meninggalkannya. Gue berharap lo gak jadi istri yang seperti itu, Claudia, siapa pun yang akan jadi suami lo nanti.” Julia kembali melanjutkan.
“Iya, Julia! Gue janji. Tapi apa hubungannya dengan kebencianmu dengan Friedrich?” tanya Claudia.
“Gue sangat benci dengan ibu gue, dan gue lebih benci lagi sama lelaki yang sudah membuat ibu gue meninggalkan gue, kakak gue, dan ayah gue. Lo mau tahu siapa lelaki itu?” Julia melempar balik pertanyaan. Claudia dan Friedrich menganggukkan kepala.
“Namanya Joseph Krause.” Ucap Julia pelan.
“Ayah? Jadi maksudmu...” Friedrich menjadi terkejut karena nama ayahnya disebut oleh Julia.
“Iya, Friedrich! Ayah lo yang udah membuat ibu gue sampai meninggalkan gue dan keluarga gue. Lo mesti tau, hati gue sampe sekarang masih sakit. Gue masih enggak terima kalau keluarga gue hancur karena satu orang lelaki. Gue berkorban banyak. Gue harus melupakan cita-cita gue menjadi tentara karena gue gak punya cukup uang untuk mendaftar dan akhirnya menerima beasiswa ke kampus ini. Semua ini gara-gara bokap lo dan lo harus bertanggung jawab!" Julia menyalahkan Friedrich atas kesengsaraannya yang disebabkan oleh Joseph, ayah Friedrich.
"Dari mana lo tau kalau lelaki yang merebut nyokap lo itu bokap gue?" tanya Friedrich.
"Ibu gue dengan tanpa rasa bersalah memperkenalkan pacar barunya sebagai Joseph Krause di depan gue, kakak gue, dan ayah gue yang mulai lemah. Gue ingat betul-betul nama dan wajah itu. Ketika gue membuka buku tahunan SMP kita waktu kelas 1 SMA, gue mengecek nama lo. Begitu gue melihat kalau nama bokap lo adalah Joseph Krause. Ditambah dengan wajah lo yang mirip banget dan selalu ngingetin gue dengan lelaki itu, gue yakin kalau dia adalah bokap lo. Hari ini, hal itu telah terbukti." Jelas Julia.
"Julia, yang salah itu ayahnya Friedrich, bukan Friedrich. Friedrich juga terpukul saat ayahnya meninggalkan keluarganya. Ia juga sebenarnya membenci ibumu, sama seperti kamu membenci ayahnya. Tapi, ia berusaha untuk menerimanya dan menjalani hidup bersama ibu dan adiknya." Claudia berusaha menengahi konflik antara keduanya dan menjernihkan pandangan Julia.
"Gue gak peduli meskipun ia sama sekali gak terlibat dalam penderitaan gue. Intinya, gue sangat membencinya dan gue gak akan pernah rela kalau lo berdua sampai menikah. Sekarang lo harus milih, Claudia!" Julia berseru.
"Milih?! Milih apa?" Claudia kebingungan.
"Milih gue atau dia!" seru Julia.
"Maksudnya?!" Claudia masih kebingungan.
"Kalau kamu milih gue, batalkan pernikahan kalian dan putus. Kalau kamu milih dia, maaf aja, persahabatan kita berakhir di sini dan jangan pernah kontak gue lagi!" Julia menjelaskan.

Claudia kini dihadapkan pada dilema. Ia tetap ingin menjaga hubungannya dengan keduanya, tetapi kali ini ia harus memilih.

"Ya Tuhan, bantulah aku. Siapa yang harus aku pilih? Julia, sahabatku atau Friedrich, tunanganku?" Claudia galau.

Claudia menutup matanya sejenak dan memikirkan matang-matang pengambilan keputusannya. Dengan penuh keyakinan, Claudia pun memutuskan...

Bus Terakhir

Kakiku melangkah agak sedikit sempoyongan. Arlojiku menunjukkan waktu pukul 22.15. Huh! Sudah cukup larut malam. Pasti Claudie akan marah-m...